Novelory

Daddy
0
Pratinjau Konten Yang Menyenangkan

“DADDY!”

“Iya sayang! Daddy di ruang tamu!”

“IHH DADDY!!!”

Lelaki yang dipanggil ‘Daddy’ itu menghela nafas lalu bangkit menemui anak nya yang terus menjerit.

“DA—”

“Daddy disini Nata,”ucap lelaki itu.

Lelaki yang masih berusia dua puluh tahun itu jongkok menyetarakan tinggi nya dengan si kecil.

“Ambil kan kucing itu!” pinta anak perempuan itu sambil menunjuk kucing diatas pohon.

Pria itu mendongak melihat kucing yang terus mengeong diatas batang pohon itu.

Lalu dia berjinjit dan mengulurkan tangan nya mengambil kucing berbulu loreng.

“Daddy! Kasih sama nata!” ujar anak itu girang.

Tapi pria itu malah menjauhkan kucing yang diambil nya tadi. “eitss seperti biasa...” ucap nya sambil senyum penuh arti.

Anak itu cemberut. Dia mengerti maksud itu.

Cup

Bibir mereka menyatu. Awal nya hanya kecupan biasa dan anak kecil itu menjauhkan kepalanya tapi pria itu malah melumat nya pelan.

Anak kecil itu berusaha menjauhkan kepalanya. Tapi apalah daya kekuatan nya tak sekuat pria jangkung yang sedang melumat gemas bibir kecil nan mungil nya.

Sudah lima menit pria ini tak mau melepaskan lumatannya. Anak kecil itu mulai kehabisan nafas. Pria itu sadar ketika gadis mungil didepannya kehabisan nafas,dia melepaskan tautan bibir mereka.

Pria itu tersenyum manis menatap gadis yang sedang menatap nya polos. Lalu memberikan kucing nya kemudian mengacak-acak rambut gadis yang terbengong menatap nya.

“I love you sweetheart.”

“eum.. I love you too daddy.”

****

“Daddy! Nata pulang,”seru seorang gadis yang berseragam merah putih. Gadis itu menemukan Daddy nya yang berkutat dengan laptop tak lupa kaca mata kerjanya.

Pria itu mengangkat kepala nya mendapat anak nya yang sudah pulang. Anak itu berlari ke arah Daddy nya. Lalu duduk di pangkuan pria itu.

Morgan mengusap kepala Nata penuh sayang. “Gimana tadi sekolahnya?”

Nata menjawab antusias, “Tadi Nata ada temen baru di kelas. Cantik banget dad. Namanya Lisa. Nata ajak temenan deh.”

“Oh ya?”

“iyaa dad. Dia baik orang nya. Nata suka.” gadis kecil itu membayangi Lisa bermain bersamanya.

“Nanti Daddy ajak Lisa main ke sini.”ujar pria itu.

“Beneran dad? Daddy enggak bohong?”tanya Nata berbinar.

“Iya bener. Tapi kayak biasa dulu.”ucap pria itu dengan tatapan sulit di jelaskan.

Nata mencium bibir pria itu sesuai perjanjian mereka.

Perjanjian? Ya. Perjanjian jika Nata meminta sesuatu, harus mencium bibir Morgan.

Morgan menahan gemas saat bibir itu bersentuhan dengannya. Dengan pelan ia melumat. Hanya sebentar, lalu pria itu melepaskan nya.

****

“Daddy! Mainan aku kok hilang?”

“Yang mana sayang?”tanya Morgan lembut.

“Yang boneka chucky ituuu,”rengek Nata.

Morgan meneguk Saliva nya kasar. Dialah yang telah membuat boneka seram itu.

“N-nanti Daddy beliin yang baru. Banyak. Tapi j-jangan yang serem lagi.”ucap Morgan tergagu.

“Nggak mauu. Maunya digoyang— eh maksudnya nggak mau yang lain. Maunya boneka ituu,”

“Nanti Daddy beliin boneka Marsya sama berbi yang banyak, mau?”

Nata berbinar. “Mauuu!”

Morgan tersenyum. “Kayak biasa dulu dong.”

Nata mengangguk lalu mencium kedua pipi Morgan kemudian turun ke bibir pria itu.

Morgan mengecup bibir Nata yang manis itu. Lalu sedikit menggigitnya.

“Daddy! Jangan di gigit!”sungut Nata sebal.

Morgan terkekeh.

****

“Daddy aku pulanggg,”seru Nata kecil riang.

Morgan melotot mendapat anak itu penuh lumpur. Seluruh tubuhnya di lumuri dengan lumpur. Dan tanpa beban, anak itu memijakkan kaki yang penuh lumpur itu ke dalam mansion.

Morgan berkacak pinggang. “abis dari mana?”

Nata menyengir. “Main sama tetanggaa,” Nata mengayunkan tangannya.

Daddy nya menyuruh gadis itu mandi. Setelah selesai mandi,

“Daddyyy!!”ucap Nata girang sambil memeluk pria itu dari belakang.

“Eh udah mandi anak gadis Daddy?”tanya Morgan setelah berbalik badan.

“Udah dong. Nih cium pasti wangi.”ujar Nata.

Morgan menyeringai lalu mencium gadis itu.

Lebih tepatnya mencium bibir pink Nata.

Nata melotot. Yang ia maksud mencium baju nya yang wangi, bukan bibirnya.

Morgan melumatnya pelan. Menikmati bibir gadis itu.

Nata diam. Tak tau harus berbuat apa.

****

Ceklek

Morgan membuka pintu kamar Nata pelan lalu melangkah ke arah Nata yang tertidur membelakanginya.

Morgan naik ke ranjang lalu ikut berbaring bersama gadis itu. Di lingkarannya tangan nya pada tubuh ramping gadis yang berusia empat belas tahun itu lalu memutar tubuh nya ke arah pria itu.

Nata terbangun. “Daddy? Ada apa dad?”tanya Nata dengan suara serak khas orang bangun tidur.

Morgan tidak menjawab, ia menciumi seluruh permukaan wajah Nata gemas lalu turun ke bibir gadis itu.

Sekali lagi, Nata di perlakukan seperti ini.

****

“Daddy, geser! Aku mau ngerjain tugass!”usir Nata yang merasa risih saat pria itu memeluk erat tubuh nya yang akan menuju kamar. Saat ini mereka berada di tangga. Nata berniat ke kamar untuk menyelesaikan tugas sekolahnya tapi di tahan pria yang baru pulang dari kantor ini.

Morgan berdehem malas. “Sebentar aja, Daddy kangen.”ucap pria itu.

Nata mendelik. “Apaan sih! Kan tiap hari kita ketemuuuu,”ucap Nata gemas. Pasalnya, Daddy nya ini sering kali berkata kangen.

Morgan menyeret gadis itu ke kamarnya. Tak peduli teriakan gadis itu yang meminta di lepaskan. Yang pasti, Morgan sangat rindu dengan gadis ini. Entah apa yang membuatnya jadi seperti ini.

Lalu di baringkannya tubuhnya, dan Nata di sebelah nya. Di peluknya gadis itu erat.

“Jangan pergi sebelum Daddy bangun.”imbuhnya tajam.

Nata mengangguk pasrah.

Prang

“DADDY SUDAH BILANG JANGAN DEKATI COWOK ITU!!”

“Daddy,aku suka sama dia dad! Daddy kenapa sih terus menerus larang aku?! Selalu aja gitu kalau aku dekat sama cowo!!”

Gadis berseragam abu-abu itu menatap lurus Daddy nya. Sedangkan yang ditatap malah menatap tajam dirinya.

Dua vas bunga hancur tepat di samping kaki kiri nya yang masih berbalut kaus kaki akibat kemarahan sang Daddy.

Diri nya habis pulang dari sekolah tiba-tiba medapat makian tak menyenangkan seperti ini.

“Dengar baik-baik. Aku tak pernah suka jika kau dekat dengan lelaki manapun kecuali aku. Ikuti perintah ku atau orang itu sendiri yang ku buat menjauhimu!” Desis pria itu tajam.

Gadis bermata hazel itu tak menjawab. Dia berlari kekamarnya lalu membanting keras pintu kamarnya. Tak memerdulikan teriakan pria itu yang menggema.

Dan disini lah dia berada. Termenung di pinggir ranjang queensize nya. Masih dengan berbalut seragam sekolah,dia membanting tubuh nya ke ranjang.

Sejak kecil dia sudah diperlakukan seperti ini. Bisa dikatakan Daddy nya itu aneh.

Selalu minta di cium saat ia meminta sesuatu,selalu minta di peluk saat pulang dari kantor,terkadang juga memintanya untuk menemani pria itu  tidur di kamarnya. Bukan kah itu terlau aneh untuk hubungan antara ayah dan anak?

Membantah?dia tidak seberani itu.

Pernah suatu ketika dia membantah, pria itu tak segan-segan melempar handphone nya dari balkon kamar nya hingga ponsel bermerek itu hancur.

Tentu saja ia menyayang kan itu dan tidak berani membantah lagi.

Perlahan-lahan ia menutup matanya lalu tertidur.

krietttt

Pria itu membuka pintu kamar anak gadis nya perlahan.

Mata tajam nya menatap lurus ke satu objek. Nata. Gadis yang sejak bayi ia adopsi dari panti asuhan lalu membesarkan nya.

Dan kejadian beberapa puluh menit lalu... Dia menyesal. Dia menyesal membentak anak gadis ny—

Tidak. Maksudnya,gadis nya.

****

Pagi hari, Nata sedang duduk menikmati sarapan dengan tenang.

Tapi ketenangan itu lenyap ketika Daddy nya bergabung sarapan dengan nya. Bukan nya dia tak suka Daddy nya sarapan bersama nya,hanya saja ia tak suka jika permasalahan kemarin diungkit kembali.

“Soal kemarin...”

Benar kan.

“Daddy minta maaf telah membentakmu. Tapi Daddy tidak akan mengubah keputusan saat itu juga.”

“keputusan yang mana dad?”

“Soal menjauhi cowok yang kau sukai.”

Nata benar-benar jengkel dengan sikap pria ini. Mood makan nya lenyap.

Ia bangkit meninggalkan sandwich bekas gigitan nya dipiring lalu pergi dari meja makan sambil menggendong tas ransel nya.

Kali ini,dia akan pergi naik taksi.

****

Nata berjalan di koridor gedung MIPA XII. Saat ini belum terlalu ramai datang murid SMA AIRLANGGA. Mungkin karna terlalu pagi.

Headset ditelinganya memutar lagu ‘What A Shame’ oleh Leyla Blue. Sangat cocok untuk vibes dipagi hari.

Tapak sepatu nya berpijak pada kelas MIPA 1. Dimana para murid pintar dan jenius lah yang bisa masuk kelas ini.

Nata?Dia pintar,tapi tidak terlalu. Dia juga seperti gadis diluaran sana yang malas dalam belajar. Karna nilai itu hanya angka menurut nya. Dan itu juga bukan passion-nya.

Tapi semalas-malas nya dirinya,Nata tetap berjuang untuk mendapatkan prestasi. Seperti kelas ini. Dia bisa masuk kelas ini karena perjuangannya.

Bruk

Nata membanting pelan tas nya diatas meja. Disebelahnya ada seorang gadis yang sedang tidur.

Perkenalkan,namanya Agatha Mauren. Gadis keturunan Batak dan Prancis ini suka sekali tidur. Orangnya mudah terlelap. Rambut nya hitam sebahu dan berkulit putih.

Dia sahabat Nata. Sejak kelas X.

“eunghh.. ”

Nata melirik Agatha sekilas lalu melanjutkan membaca komik nya.

“Tumben cepet dateng?” tanya Nata.

Agatha itu jarang sekali datang sepagi ini. Jika bukan karena di omeli oleh bibi nya,dia tidak akan datang cepat.

“Biasalah,” ujar Agatha bersiap untuk tidur lagi.

Nata menggeleng pelan.

“Eh soal kemarin... Daddy lo marah ya?” tanya Agatha yang tidak jadi tidur.

****

Nata diam sejenak kemudian mengangguk.

Agatha berpikir. “Jangan bilang.. lo dimarahin lagi sama Daddy lo?Iya?!” tanya Agatha.

Nata berdecak pelan. “gak usah bahas dia lagi. Mood gue langsung rusak.”

Agatha menyengir. “Ya sorry.”

Raut wajah Agatha berubah serius. “Eh serius deh Nat,Daddy lo kenapa sih?”

“Heran gue, posesif banget sama lo.”

Nata menghela nafas. Agatha ini memang keras kepala.“Gue enggak tau. Sejak kecil gue diperlakukan gitu. Yang penting gue dikasih makan,udah.”

“Lo... Gak risih gitu?” tanya Agatha pelan. Takut menyinggung Nata.

Nata berpikir sejenak. “Kalo dibilang risih sih.. iya,tapi ya gamasalah juga sih. Kalau itu yang terbaik buat gue,gue nurut aja.”

Agatha memangut-mangut. “emang sih perkataan orangtua itu benar.”

Percakapan mereka lanjut sampai bel masuk berbunyi.

****

Nata dan Agatha sedang dikantin. Banyak siswa yang berhamburan mencari meja untuk tempat makan.

“Situ aja yuk Nat di pojok!” tunjuk Agatha ke meja bagian pojok.

“Ayo deh.”

“Lo tunggu disini. Gue mau mesen makanan. Lo mau pesen apa?” tanya Agatha.

“Mie ayam sama teh manis dingin aja.” ujar Nata.

“Siap Mbak!” Agatha langsung pergi ke kerumunan orang yang sedang mengantri.

Sedangkan Nata hanya diam sambil mengetuk meja pelan. Suara pekikan mengalihkan perhatiannya.

Netranya menangkap sosok lelaki tampan di pintu kantin. Sosok itu yang semalam Daddy nya ributkan dengannya.

Para siswi menatap memuja cowok tinggi itu.

Namanya Daren Pradipta. Lelaki beralis tebal dengan tatapan datar itu berjalan santai ke arah nya.

Lalu duduk tepat di depan Nata.

Tentu saja hal itu membuat para siswi disitu iri.

“Hai Nat.” sapa Daren.

Nata tersenyum kikuk. “Hai.. em soal kemarin.. maafin Daddy gue ya. Dia emang gitu orang nya.” ucap Nata tak enak.

Daren mengangkat satu alis nya. “it's okey.”

“udah pesan makanan?”tanya Daren.

“udah kok dipesenin Agat—nah itu dia dateng,” Nata menunjuk Agatha yang berjalan kearahnya sambil membawa nampan.

Daren berdehem pelan. “Malam ini bisa dinner bareng?”

Nata tampak berpikir. Sedangkan Agatha hanya menyimak sambil menyeruput mie ayam nya.

Jika Nata menerima ajakan Daren,lantas apakah Daddy nya akan mengijinkannya?Bagaimana jika sebaliknya? Apakah Daddy nya yang super garang itu malah mengurungnya?

Pikiran Nata mulai berkelana. Sampai akhirnya jawabannya mendapat anggukan dari Daren,“em.. gue pikir² dulu deh. Nanti gue kabarin.”

Daren beranjak dari sana tanpa berkata. Nata yang melihat itu terdiam.

Dia marah?batin nya.

****

Nata dan Agatha sedang menunggu jemputan.

Mereka tengah berdiri didepan gerbang menunggu sopir mereka. Nata yang sibuk men scroll ig pun berhenti ketika bahu nya digoncang oleh Agatha.

“Nat Itu mobil Daddy lo tuh.”

Nata mendongak dan menatap mobil sedan berwarna hitam milik Daddy nya. “oh iya. Gue duluan nih gapapa?atau mau bareng aja?” tawar Nata.

Agatha lantas menggeleng. “gak dulu. Daddy lo serem.” Ucap nya bergidik dibalas kekehan Nata.

Tin

Mobil sedan hitam itu tepat didepan mereka.

“gue duluan ya.”

Agatha mengacungkan jempol kanan nya sambil tersenyum simpul.

Nata berjalan berputar ke sisi kanan mobil dan masuk.

“Gimana sekolah nya tadi?”tanya Daddy nya sambil mengelus kepala Nata dengan tangan kiri sedangkan tangan kanan menyetir.

“As usually Dad.” Daddy nya memangut-mangut.

“Jangan keluar malam ini. Tetap dirumah dan temani Daddy.”

Sial.

Padahal tadi ia berniat membujuk Daddy nya agar bisa keluar bersama Daren. Tapi Daddy nya ini seperti cenayang.

Nata menghela nafas pelan agar tak ketahuan. “Iya dad.” Ujarnya pelan lalu mengetikkan pesan pada Daren bahwa ia tak bisa keluar malam ini.

Malam ini,Nata benar-benar dirumah dan tidak diizinkan keluar. Daddy nya itu benar-benar!!

Ingin marah tapi takut. Kalau dia diam semakin geram.

“NATA! BUATKAN DADDY MU KOPI! JANGAN DIKAMAR SELALU!ATAU AKU BAKAR KAMAR MU ITU!”

Nah kan.

Nata tak menjawab,dia langsung ke dapur dan membuatkan pria emosian itu kopi hitam kesukaan nya.

Lalu meletakkan perlahan dimeja kerja Daddy nya. Bisa bahaya kalau meletakkan kopi nya kasar. Atau mungkin kamarnya benar-benar dibakar.

“Berikan ponsel mu.” ujar pria itu tanpa melepas pandangannya dari laptop kerjanya. Kemudian menyeruput kopi buatan Nata.

BUAT APA SIH

Ingin Nata berteriak seperti itu tapi apa daya dia jika berhadapan dengan makhluk didepannya ini. Akhirnya dia menjawab dengan lembut.

“Buat apa Daddy?” tanyanya penuh kelembutan sambil tersenyum paksa.

Pria itu melirik sekilas,“Kau seperti orang tertekan.”

EMANG IYA

“Nggak kok biasa aja.” ucap nya sambil terkekeh sumbang.

“Berikan ponsel mu.” ulang Daddy nya.

Dengan pasrah ia pergi kekamar mengambil benda pusaka itu dan memberikan nya pada pria menyebalkan ini.

“Ini Daddy. Kalau gak ada keperluan lagi,Nata keluar yah.” ujar Nata malas.

Lalu berjalan ke pintu.

“Siapa yang menyuruh mu keluar,hm?”

Sial.

Nata berbalik badan dengan perasaan dongkol. Dan mendapat Daddy nya menumpu wajah tampannya dengan siku dimeja. Menatap lurus..

Dirinya.

"Kemari." ucap nya dengan suara berat sambil menepuk paha kekar milik pria itu.

Nata mendelik. Hei- apa maksudnya itu?!

"Kau tak dengar?" Suara itu semakin berat. Nata meneguk Saliva kasar.

Ting

Sebuah ide muncul di otak cantik Nata.

"Ad-aduhhh.." Nata memegang perutnya seolah kesakitan. "Sa-sakit banget perut aku dad.. kayaknya hari pertama Mens deh." ringis nya.

"Aduh sakit.. aku ke toilet dulu ya dad." Nata memutar knop pintu bersiap untuk lari sebelum suara bariton itu membuatnya membeku.

"Bukannya dua hari yang lalu hari kau terakhir datang bulan manis?" Pria itu menyeringai.

"Kemarilah biar Daddy usap perut mu agar tidak sakit lagi."

Nata terpaksa berjalan kearah nya lalu,

"KABURRR!!"

Sialan. Gadis itu berhasil menipunya. Bisa-bisa nya ekspetasi nya dijatuhkan dari ketinggian 600 kaki dari bumi.

****

Pagi ini wajah Daddy nya itu benar-benar masam. Sejak tadi Nata mati-matian menahan tawa.

"Tutup mulut mu atau ku jahit."

Nata kicep. Ia lanjut mengunyah sandwich yang dibuat Daddy nya beberapa menit lalu.

"Hari ini Daddy libur,mau pergi ke taman?" tanya pria itu sambil menaikkan satu alisnya.

Lah tadi marah?!

Nata berpikir sejenak kemudian mengangguk. Apa salah nya ia pergi bersama Daddy nya. Toh dia akan bosan seharian dirumah pada hari Minggu ini.

"Okay." jawab Nata pada akhirnya.

"Pukul sembilan kita pergi,sebelum itu kita menyiapkan perlengkapan piknik kita." ujar Morgan.

"Okay Daddy." Nata tersenyum manis.

Senyum yang membuat jantung Morgan tak tenang.

Damn.

****

Pukul 9 tepat mereka pergi ke sebuah taman yang berjarak lima kilometer dari mansion Daddy Nata.

Mansion Nata juga lah ya.

Mobil Toyota Alphard hitam milik Morgan melaju ke jalan raya kota Jakarta.

Sepanjang jalan, Nata hanya melihat arah jendela. Sedangkan Morgan,pria itu tampak fokus menyetir tapi sesekali melirik Nata.

Nata yang merasa diperhatikan langsung menoleh mendapati Daddy nya yang memalingkan wajah. Alis Nata mengkerut. Daddy kenapa sih?

"Mau ngomong apa dad?" tanya Nata.

"Nggak." jawab pria itu tanpa menatap Nata. Masih malu ketangkap basah barusan.

Hening selama beberapa menit.

"Daddy.. apa bener aku ini anak kandung Daddy?" tanya Nata tiba-tiba.

Pria tampan itu diam. Ada rasa terkejut ketika anak nya bertanya seperti itu. Apa yang harus ia jawab? Semua ini salahnya.

Seharusnya saat ia mengadopsi Nata dulu ia tak mengatakan bahwa dirinya adalah ayah kandung nya gadis itu.

Bagaimana tidak?jika dia tidak mengatakan itu,maka nantinya pada saat itu Nata tidak mau ikut dengannya. Karena dulu Nata itu adalah anak yang pemalu dan penakut. Tiba-tiba saja pria itu mengatakan dirinya adalah ayah kandung nya?. Tentu saja Nata tidak semudah itu percaya.

Flasback on.

"Permisi Bu."

Seorang pria berjas hitam berada didepan panti asuhan PELITA. Dia adalah Morgan. Pemilik perusahaan beton yang terkenal di Jakarta.

Seorang wanita paruh baya yang sedang menyapu halaman terkejut sekaligus bingung mendapati pria tampan itu. Dia meletakkan sapu lidinya dan berjalan kearah pria jangkung itu.

"Ada apa ya pak?" tanya wanita itu sopan.

Morgan berdehem. "saya ingin melihat anak-anak di dalam,boleh Bu?"

Wanita berkulit Langsat itu tersenyum ramah. "boleh pak silahkan." sudah biasa baginya jika ada yang mengunjungi panti asuhan ini.

Wanita itu masuk diikuti Morgan dibelakangnya. Suara tawa anak-anak yang ditangkap dipendengaran Morgan.

Pria duapuluh tahun itu menyungging senyum tipis.

"Mari duduk dulu pak." Ujar wanita itu mengarahkan tangan kanannya ke sofa usang diruang tamu itu. Mempersilahkan Morgan duduk.

Morgan duduk. Sedang wanita tadi menyiapkan minuman dan makanan ringan.

Anak-anak yang mengetahui kehadiran tamu langsung mengerubungi pria itu. Awalnya Morgan terkejut. Tapi kemudian dia membuka suara. "Perkenalkan nama om,Morgan Pradipta."