HotBuku

My Perfect Teacher
4.2
Pratinjau Konten Yang Menyenangkan

Krisna seorang siswa SMA jatuh cinta pada seorang perempuan yang sudah menikah. Perempuan itu bernama Ade Irma Suryani. Sebuah nama yang cukup indah dan cantik, seperti orangnya. Perempuan itu adalah kepala sekolah di SMA nya.

Selain cantik, Ade Irma Suryani juga memiliki karakter yang sangat lembut. Bu Ade, panggilan dari perempuan itu selalu mengembangkan senyum setiap bertemu dengan murid-muridnya. Demikian juga ketika bertemu dengan Krisna.

Suami dari Bu Ade seorang wiraswasta yang bisa dibilang sukses. Mereka sudah menikah belasan tahun. Karena putri sulung mereka sudah SMP.

Agar lebih dekat dengan SMA tempatnya bertugas, Bu Ade dan suaminya menyewa sebuah apartemen yang bersebelahan dengan rumah tinggalnya Krisna.

Tempat tinggal Krisna yang bersebelahan dengan apartemen Bu Ade memberikan kesempatan tersendiri bagi Krisna untuk bisa lebih dekat dari sekedar seorang murid dengan kepala sekolahnya.

Sore itu, ketika Bu Ade sedang terlihat santai, Krisna sengaja memasang kamera rahasia yang mampu menghubungkan rumahnya dengan apartemen Bu Ade.

Kamera itu, sengaja dipasang sangat tersembunyi dan juga bisa menguping suara Bu Ade. Hal itu, membuat Krisna menjadi puas.

Habis Isya', ketika Krisna sedang makan, dia mendengar Bu Ade dan suaminya melewati depan rumahnya. Hati Krisna merasa terlonjak, lalu cepat-cepat membuka pintu.

Bu Ade mengenakan setelan warna hitam dengan jahitan yang sangat pas dengan lekuk tubuhnya yang memang anggun dan indah. Sehingga perempuan yang menjadi kepala sekolahnya itu tampak lebih profesional.

Dengan jaraknya yang saat itu tidak begitu jauh, Krisna bisa mencium aroma wangi dari tubuhnya. Membuat pikiran Krisna tiba-tiba jadi tidak tenang.

"Bu Ade. Bu Ade sudah pulang?" sapa Krisna sambil tersenyum.

"Selamat sore, Krisna!" Mereka berhenti dan menyapa Krisna sambil tersenyum.

"Kamu sudah makan?" tanya Bu Ade sambil tersenyum lembut.

"Iya, sudah. Apakah Bu Ade dan Bapak ingin mampir dan duduk dulu?"

"Oh, tidak. Kita masih harus memasak dulu setelah pulang."

Krisna terlihat sangat senang ketika sore itu melihat Bu Ade sedang memutar tubuhnya yang indah dan anggun untuk membuka pintu.

"Mulai sekarang setiap gerakan dan tindakanmu di apartemen akan selalu berada di bawah kendali dan pengawasanku." Ucap Krisna dalam hati.

Krisna bergegas kembali ke kamar, kemudian melihat Bu Ade dan suaminya muncul di layar laptopnya.

Terlihat Bu Ade yang sedang membungkuk tak jauh dari rak sepatu untuk melepas dan mengganti sepatunya.

Karena kamera yang dipasang Krisna ada di samping lampu gantung di ruang tamu, maka Krisna bisa melihat dua benda kembar dengan daging yang begitu putih yang dalam di kerah kerah kemeja Bu Ade.

Ketika Krisna memperbesar gambar, dia bisa merasakan debar di dadanya yang naik turun dan tubuhnya yang seketika merasakan sesuatu yang beda.

Dari layar laptopnya, Krisna mengamati Bu Ade yang sedang berganti pakaian, tapi dia masuk ke kamar mandi.

Krisna merasa sedikit tertekan, untungnya seluruh tempat sudah dia jangkau dengan kamera rahasia rahasianya.

Di kamar mandi itu, Bu Ade mengganti satu set baju tidur, kemudian dia memasak. Sementara, suaminya sedang duduk di sofa sambil memainkan ponsel.

Tapi Krisna juga belum beranjak dari depan layar laptopnya. Mungkin ada yang bisa dilihatnya lebih lanjut di malam hari.

Seperti yang sudah di duga Krisna, malam hari sekitar jam sepuluhan, Awan Jamaluddin suami Bu Ade tengah duduk di sofa ruang tengah sambil nonton tv, hasrat lelakinya mulai tidak terkendali.

Awan memeluk Bu Ade dan mengajaknya bercinta. Tapi, Bu Ade bilang dirinya sedikit lelah dan awalnya tidak mau, namun kepala sekolah cantik itu tidak mampu menahan keinginan suaminya, kemudian mereka pergi ke kamar tidur bersama.

Ketika sudah tiba di tempat tidur, Awan sudah tidak sabar untuk memeluk istrinya, kemudian memasukkan tangannya ke kerah baju istrinya dan bermain nakal di sana.

Tiba-tiba saja, api di tubuh Krisna juga ikut melonjak dan segera mengubah layar pemantauan kamar tidur menjadi mode layar penuh.

Seketika pipi Bu Ade memerah. Perempuan itu sepertinya juga punya perasaan. Maka, kemudian dia berinisiatif untuk mencium suaminya.

Awan pun mengambil kesempatan untuk membuka bajunya, melepaskan bra merah di dalamnya. Dan kini dua ekor kelinci yang gemuk tiba-tiba melompat keluar dari kandangnya.

Tak lama kemudian, rok Bu Ade terangkat. Awan dengan terampinya melepaskan pakaian paling dalam cantik yang berwarna putih. Bu Ade kini seperti jagung yang baru saja dikupas.

Nafas Krisna tiba-tiba naik dan matanya membesar. Melihat tubuh seputih salju Bu Ade yang begitu indah. Krisna juga ikut-ikutan tidak bisa menahan diri dan melepas celananya juga.

Krisna berpikir jika saat ini dirinya adalah orang yang sedang bercinta dengan Bu Ade.

Detik berikut, Awan melancarkan serangan pada Bu Ade, tangannya bergerak nakal di sana.

Wajah Bu Ade jadi memerah dan mendesah tanpa henti.

"Sayang, aku.... aku mau....." Jelas-jelas perempuan itu tidak tahan lagi, berkata sambil terengah-engah.

Awan segera melepas celananya, tapi terlihat hasratnya tidak terlalu besar. Hasratnya jauh lebih kecil dibanding Krisna.

Awan menekan Bu Ade dan menggerakkan tubuhnya dengan kuat. Wajah Bu Ade kembali memerah. Perempuan itu menggigit bibirnya yang berwarna merah dengan ekspresi kesakitan dan kebahagiaan yang berbaur di wajahnya. Perempuan itu tidak bisa menahan untuk tidak mengeluarkan suaranya.

Hanya saja yang sama sekali tidak terduga bahwa pada menit sebelumnya, ternyata Awan sudah selesai melakukan semuanya dan menyampaikan maaf dengan ekspresi malu.

Bu Ade tampaknya sudah terbiasa dengan kondisi seperti itu dan berkata dengan lembut pada suaminya.

"Tidak apa-apa. Kamu bangunlah! Biar aku pergi mandi!"

Bu Ade berjalan keluar dari kamar tanpa penutup tubuh dan berdiri di ruang tamu sambil mendesah.

Tampaknya Awan tidak mampu memenuhi keinginan istrinya secara maksimal, dan itu pasti membuat Bu Ade menjadi kecewa.

Krisna merasa sedikit senang di dalam hati. Jika Bu Ade tidak bisa memperoleh kepuasan dari suaminya dalam waktu yang lama, itu artinya akan bisa memberinya banyak kesempatan.

Setelah itu, Krisna melakukan aktivitas yang sama di depan laptopnya dengan tampilan dua orang yang sedang bercinta.

Keesokan harinya, Awan pergi bekerja. Tanpa diduga, ternyata Bu Ade ada di apartemen. Hal itu membuat Krisna sedikit terkejut, tapi sangat bahagia.

Dengan begini, Krisna bisa memantau Bu Ade sepanjang hari lewat perangkat laptopnya.

Sore hari itu, terlihat Bu Ade melepas piyamanya sehabis tidur siang. Dia hanya mengenakan bra merah dan celana dalam renda berwarna putih.

Tubuhnya yang putih sempurna sangat menggoda, membuat Krisna segera merasakan hal yang beda.

Bu Ade mengambil pakaian, kemudian berjalan ke kamar mandi. Apakah dia mau mandi?

Sebuah pemikiran nakal terlintas di benak Krisna. Krisna segera turun menuju sumur, untuk mematikan katup air mereka.

Pasti dalam hitungan menit, Bu Ade akan menelepon.

Hati Krisna menjadi senang, dengan cepat dia akan mengangkat telepon dan akan mendengar suara Bu Ade yang minta bantuan.

"Krisna, apakah airnya mati? Aku lagi mandi belum selesai, tiba-tiba airnya mati. Ada apa Krisna?"

Ada apa Krisna? Kamu nakal, ya? Ah, Krisna, pake menggoda ibu kepala sekolahnya segala?

Tapi, benar gak ya, Bu Ade akan menelepon Krisna ketika tiba-tiba kran air mati?

Bersambung

Cerita ini hanya fiktif, jika ada kesamaan tokoh, latar, dan peristiwa itu hanya kebetulan belaka.

Diam-diam dalam hati Krisna tertawa, tapi dari luar apartemen Bu Ade, Krisna bertanya merespon dengan serius.

"Kenapa, Bu? Airnya mati, ya? Tapi di rumahku air tidak mati, Bu? Saya tidak menerima notifikasi apa pun dari PDAM. Apakah alat pemanas air Bu Ade rusak? Atau karena penyebab lain?"

Krisna kembali ke kamar sambil berbicara. Terlihat dari layar pemantauan yang ada di ruang tamu muncul sosok Bu Ade. Dia hanya melilitkan handuk di tubuhnya dan bermaksud akan mandi. Tapi, karena air mati kini sedang berdiri di ruang tamu apartemennya sambil menelepon Krisna.

Tampak tubuhnya seputih kapas, dengan kedua kakinya yang jenjang dan halus. Masih menempel banyak busa di dada, leher, dan juga rambutnya. Perempuan itu memang terlihat sangat sexy dan cantik.

Krisna hanya menelan salivanya dan mengubah layar pemantauannya ke layar penuh.

"Sepertinya bukan masalah pemanas air. Tapi kran di dapur juga tidak mengalir."

"Mungkin ada masalah dengan penutup krannya. Apa perlu saya melihatnya, Bu?" Krisna menawarkan bantuan.

"Terima kasih. Tidak usah. Biar aku menunggu suamiku pulang saja!"

"Apartemen yang Bu Ade tempati itu milik Om saya. Jika ada masalah yang mengganggu saya harus memperbaikinya, Bu. Bu Ade jangan sungkan. Saya akan datang ke apartemen itu."

Setelah menutup telepon, Krisna bergegas keluar rumah tanpa memberikan kesempatan lagi pada Bu Ade untuk berbicara. Krisna berjalan dengan penuh semangat. Dengan begitu Krisna bisa dekat dengan Bu Ade yang hanya terlilit handuk.

Dengan jantungnya yang berdetak kencang, Krisna mengetuk pintu apartemen Bu Ade. Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya pintu apartemen pun terbuka.

Seperti yang terlihat pada kamera pemantauan, Bu Ade berdiri di depan Krisna dengan handuk yang melilit tubuhnya.

Lehernya yang jenjang dan tulang selangka yang indah. Bahunya yang harum dan wangi. Ditambah lagi lengannya yang ramping dan dua biji yang setengah tertutup tentunya sangat memengaruhi saraf Krisna.

Kedua kaki Bu Ade yang jenjang seputih kapas masih dipenuhi busa sabun berdiri dengan sangat hati-hati, kuku-kuku jarinya di cat dengan cat kuku berwarna merah yang menambah penampilan perempuan itu semakin indah dan cantik.

Bagian bawah yang terlilit handuk tidak bisa dilihat di layar pemantauan Krisna.

Dengan jaraknya yang saat ini begitu dekat, Krisna dapat dengan jelas mencium aroma tubuhnya yang tercampur dengan aroma samphoo dan sabun.

Tubuh Krisna segera bereaksi dengan kuat dan membuat celananya jadi terangkat.

Sepertinya Bu Ade juga memperhatikan ada yang tidak biasa yang terjadi pada celana Krisna. Wajah Bu Ade memerah dan berkata dengan malu-malu.

"Ma.... maaf jika merepotkanmu. Semula aku ingin menunggu sampai suamiku pulang untuk memperbaikinya."

"Tidak mengapa, Bu Ade. Biar saya melihat apa yang terjadi." Kemudian Krisna mengikuti Bu Ade ke kamar.

Bu Ade berjalan di depan Krisna dan Krisna hanya menatap punggung Bu Ade dari belakang. Punggung Bu Ade yang tidak terlilit handuk itu juga putih bersih, seputih kapas.

"Bu Ade tidak pergi kerja hari ini?" tanya Krisna dengan santainya.

"Iya. Hari ini aku lagi free." Bu Ade menjawab dengan wajah yang masih memerah.

"Apakah kamu ingin melihat kran air? Letaknya ada di dapur."

"Biar aku lihat dulu pemanas air di kamar mandi!" kata Krisna pura-pura serius.

Krisna dan Bu Ade pergi ke kamar mandi bersama-sama. Krisna pura-pura melihat pemanas air, tapi cahaya dari sudut matanya justru melirik ke dada Bu Ade dan selokan yang ada di dalam. Sementara bagian bawah celana Krisna mengeras sekeras besi dan membuatnya sangat tidak nyaman.

Krisna saat itu mengenakan celana dalam yang besar, sehingga terlihat sangat jelas.

Ketika Krisna melirik Bu Ade, Krisna mendapati perempuan itu terlihat malu dan juga sedang melirik pada miliknya Krisna dengan ekspresi terkejut di matanya.

Mungkin karena perempuan itu melihat reaksi Krisna yang jauh lebih besar dibanding reaksi suaminya.

"Melihat tubuh Bu Ade yang masih penuh busa, bagaimana kalau Bu Ade mandi di rumah saya aja?" Krisna mengambil kesempatan untuk memberikan penawaran.

"Sepertinya gak usah, deh. Kamu lihat saja apa yang bermasalah dengan kran air saya." Bu Ade menolak penawaran itu dengan malu-malu.

"Asal Bu Ade percaya sama saya, pasti saya akan melihat permasalahan pada kran air ini dan berusaha untuk memperbaikinya. Mandi saja di rumahku. Di sana lagi tidak ada orang. Jadi, bisa mandi dengan tenang."

Mendengar penjelasan Krisna, kekhawatiran di hati Bu Ade jadi hilang.

"Baiklah, kalau begitu. Mandi masih setengah begini terasa sangat tidak nyaman. Aku pergi mandi dulu. Tolong bantu aku untuk memperbaikinya!"

Krisna tersenyum sambil mengangguk. Sementara Bu Ade melangkah pergi sambil membawa baju ganti. Hati Krisna merasa sangat senang, karena tidak pernah terpikir sebelumnya kalau Bu Ade akan mandi di kamar mandi miliknya.

Mata Krisna langsung tertuju pada mesin cuci yang ada di sudut ruangan. Dia melihat penutup mesin cuci yang terbuka. Maka Krisna akan sangat mudah melihat semua pakaian sepasang suami istri itu di dalam mesin cuci. Paling atas terlihat celana dalam berenda putih dan bra berwarna merah. Jelas sekali, Bu Ade melepasnya ketika dia mandi.

Krisna mengambil celana dalam berenda putih seksi dan dia merasakan suhu tubuh yang tersisa di sana. Tidak hanya itu saja. Krisna bisa melihat masih ada cairan kental berwarna kuning di atasnya.

Krisna mendekatkan ke hidungnya dan menciumnya. Ada aroma tubuh Bu Ade dan juga aroma lain. Aroma itu merangsang hormon lelakinya.

Ketika Krisna ada di depan Bu Ade tadi, bagian bawah miliknya sudah sangat mengeras. Sekarang mencium aroma seperti itu lagi, tidak bisa tidak, Krisna membayangkan penampilannya yang menggoda jika mengenakan dalaman itu.

Perut Krisna sangat panas, maka tanpa sadar dia membuka resleting celananya, dan mengambil celana dalam Bu Ade untuk membungkus reaksi lelakinya dan tangannya pun segera bergerak.

Awalnya Krisna ingin pulang untuk melihat kecantikan kepala sekolahnya itu yang keluar dari kamar mandi dan lebih banyak berinteraksi dengannya, tapi terhalang oleh celana dalam itu yang menuntutnya berbeda.

Sambil melakukannya, di pikiran Krisna muncul bayangan Bu Ade sedang bercinta dengan suaminya semalam. Maka tidak bisa tidak, Krisna membayangkan suami Bu Ade itu menjadi dirinya, kemudian menggunakan seluruh tubuhnya untuk bermain dengan Bu Ade. Membuat Krisna menikmati rasa sakit, penuh keringat dan mengerang tanpa henti.

Mata Krisna jadi memerah, tenggelam dalam sebuah pemandangan yang ada di bayangannya. Dan, Krisna bahkan tidak menyadari kalau Bu Ade sudah muncul di pintu kamar mandi.

"Krisna, apa yang kamu lakukan?" suara lembut Bu Ade bertanya dengan sedikit curiga pada pada Krisna.

Krisna terkejut, karena pada saat yang penting seperti itu, kesenangan dan kejutan membuat dia akhirnya menyerah.

Krisna merasa kulitnya mati rasa seketika. Jika saja diketahui oleh Bu Ade, harga dirinya sebagai lelaki pasti akan benar-benar hancur.

Bahkan di puncak kebahagiaan yang dirasakannya, Krisna buru-buru membetulkan letak celananya, dan tidak peduli dengan celana dalam Bu Ade yang masih digunakan untuk membungkus hasratnya. Krisna dengan cepat menutup resletingnya.

Hanya karena Krisna menghadap ke sudut dengan membelakangi Bu Ade, maka ketika Krisna memutar wajahnya yang memerah dan memaksakan senyumnya untuk menghadapi Bu Ade, ekspresinya penuh keraguan, tapi sama sekali perempuan itu tidak menemukan perilaku Krisna yang kurang ajar.

"Sa... saya tidak melakukan apa-apa. Saya hanya memeriksa mesin cuci Bu Ade, barang kali juga ada masalah. Jika ada masalah jangan sungkan-sungkan bilang."

"Tidak ada yang bermasalah. Semua bisa digunakan."

Sepertinya Bu Ade percaya kata-kata Krisna, karena perempuan itu meresponnya dengan tersenyum.

Krisna juga memperhatikan bahwa Bu Ade telah berganti dengan pakaian rumahan yang longgar, tapi menunjukkan daya intelektual yang dimilikinya, dibandingkan dengan hanya melilitkan handuk ditubuhnya seperti tadi. Dengan hanya melilitkan handuk, daya pikat perempuan itu sedikit menurun.

"Krisna, apakah kamu sudah menemukan bagian kran yang bermasalah? Mengapa di apartemenku air jadi tidak mengalir?" tanya Bu Ade kemudian.

"Saya sudah memeriksanya. Pada pemanas air dan kran air tidak ada masalah. Mungkin yang bermasalah pada penutup kran air yang ada di sumur bawah. Saya akan memeriksanya nanti." Bu Ade mengucapkan terima kasih kepada Krisna.

Krisna tidak terlalu berani ada di apartemen Bu Ade terlalu lama, karena harus menyelesaikan akibat impulsif tadi. Dengan perasaan panik, Krisna meninggalkan apartemen Bu Ade.

Setelah sampai di rumahnya, Krisna segera membuka celananya dan mengeluarkan celana dalamnya yang ternyata terdapat cairan olehnya tadi.

Krisna sengaja pergi ke kamar mandi untuk mencuci celana dalamnya. Dia masih bisa mencium aroma Bu Ade yang tertinggal di kamar mandi, membuat Krisna jadi tergila-gila seketika.

Krisna kemudian menggantungkan dalaman itu di balkon dan berpikir untuk menyimpannya setelah dikeringkan.

Selanjutnya, Krisna pergi ke bagian sumur bawah dan membuka penutup kran air.

Beberapa detik kemudian, setelah Krisna membuka penutup kran itu, dia menerima telepon dari Bu Ade.

"Krisna, sekarang airnya sudah mengalir, apakah kamu yang memperbaikinya?"

Krisna kemudian tersenyum malu.

"Sepertinya ada orang yang tidak suka dan mematikan penutup kran di apartemen Bu Ade. Saya sudah memperbaikinya."

"Terima kasih banyak!"

"Tempat tinggal kita bersebelahan. Jadi, tidak perlu mengucapkan terima kasih.

*****

Dalam beberapa hari selanjutnya, satu-satunya aktivitas yang menyenangkan bagi Krisna di rumah adalah mengintip kehidupan Bu Ade melalui kamera rahasia yang dipasangnya.

Karena omnya meninggalkan beberapa rumah dan juga beberapa apartemen sebelum meninggal, maka seluruh uang sewa rumah dan apartemen yang mengelola Krisna. Jadi, meskipun nanti sudah tidak sekolah, Krisna tidak berpikir masalah pekerjaan.

Selain dapat memantau Bu Ade ketika sedang berganti pakaian, dalam beberapa hari ini, Krisna tidak melihat Bu Ade berhubungan intim dengan suaminya.

Pada hari itu, Sabtu sore, ketika Krisna sedang ada di ruang makan, suami Bu Ade mencarinya dan memintanya untuk datang ke apartemennya untuk diajak makan bersama.

Krisna sedikit ragu, meskipun dia telah mencoba melakukan yang terbaik untuk menolak, tapi pada akhirnya Krisna tidak mampu untuk mengalahkan keramahan dan kebaikan suami Bu Ade. Jadi, akhirnya setuju dengan ajakan untuk makan bersama.

Selain itu, Krisna akan memiliki kesempatan untuk bisa dekat dengan Bu Ade lagi dan juga bisa mencicipi masakan perempuan cantik itu. Hati Krisna sebenarnya sangat senang.

Tanpa diduga oleh Krisna, ternyata Bu Ade pintar juga memasak dan masakan yang dihidangkannya juga sangat lezat.

Krisna dan Awan makan sambil menikmati minuman juga. Hingga akhirnya Krisna tau mengapa mereka mengundangnya untuk makan bersama.

Ternyata mereka kekurangan uang dalam beberapa bulan terakhir ini, dan berharap Krisna bisa memberinya kelonggaran sebulan lagi untuk uang sewa selama tiga bulan ke depan.

Krisna tentunya mengatakan tidak masalah dengan hal itu. Mereka pun merasa senang dan dengan cepat mengajak Krisna bersulang.

Meja makan di apartemen Bu Ade tidak terlalu besar. Bu Ade duduk di antara Krisna dan suaminya. Bu Ade tidak ikut minum anggur. Maka sebagai gantinya dia menggunakan air putih untuk bersulang dengan Krisna.

Saat itu, Krisna dan Awan banyak minum. Tapi, Awan merasa tidak tahan terlebih dahulu dan segera pergi ke toilet.

Setelah Awan pergi, di meja makan hanya ada Krisna dan Bu Ade. Krisna juga minum terlalu banyak dan tanpa sadar matanya menatap Bu Ade terus-terusan.

Bu Ade mengenakan gaun terusan berwarna biru, memperlihatkan lengannya yang halus dan kakinya yang jenjang putih seperti kapas.

Karena posisi duduk Krisna sangat dekat dengan Bu Ade, maka dia bisa mencium aroma tubuh perempuan itu, kulit pahanya juga terlihat putih, lembut, juga terlihat halus begitu menggoda, membuat jantung Krisna seketika jadi berdetak.

Kuku kaki Bu Ade juga terlihat dicat berwarna merah, begitu cantik dan indah.

Mungkin karena kekuatan anggur yang tadi diminumnya, tiba-tiba Krisna merasa impulsif, ada yang beda tiba-tiba dirasakannya. Otaknya juga menjadi panas, sehingga tanpa sadar telah melakukan sesuatu yang membuat dirinya sendiri juga merasa terkejut.

Tanpa sadar, Krisna mengulurkan tangannya, menyentuh paha halus Bu Ade dan lembut.

"Kaki Bu Ade sangat indah!" seperti tanpa berpikir kalimat itu keluar dari bibir Krisna.

Tapi, tiba-tiba Krisna merasa menyesal setelah mengucapkan kalimat itu, seperti tersadar kalimat yang baru saja diucapkannya sangat tidak sopan. Lagi pula, dia mengucapkannya untuk perempuan yang kesehariannya menjabat sebagai kepala sekolahnya.

Jika dengan tiba-tiba saja Bu Ade marah dan memberi tahu suaminya untuk hal yang baru saja diucapkan dan dilakukannya, maka akan mampuslah dirinya.

Untung mungkin Bu Ade tidak sempat berpikir bahwa tindakan Krisna di luar batas kesopanan dan terlalu berani.

Untuk beberapa saat, Bu Ade terdiam dan menatap Krisna dengan tatapan terkejut dan tertegun. Wajah Bu Ade terlihat memerah.

Bu Ade kemudian segera menghindari tatapan Krisna.

"Mungkin suamiku tadi terlalu banyak minum. Biar aku lihat dulu bagaimana keadaannya!" ujar Bu Ade tiba-tiba.

Bu Ade menggeser kursinya, kemudian pergi meninggalkan Krisna yang sendirian di meja makan.

Hati Krisna merasa tidak tenang dan berdebar tidak beraturan. Khawatir kalau Bu Ade akan memberi tahu suaminya tentang apa yang sudah diucapkan dan dilakukannya.

Krisna mengusap wajahnya dengan kasar dan menunggu mereka kembali dengan perasaan tidak tenang.

Setelah beberapa saat Krisna menunggu, Bu Ade terlihat membantu suaminya keluar dari toilet. Awan berteriak untuk terus minum dan tampak tersenyum dengan sangat bahagia. Sepertinya Bu Ade tidak kasih tau suaminya atas apa yang sudah diucapkan dan dilakukan Krisna. Krisna merasa plong dan lega.

Tapi, Bu Ade tidak terlalu lama di meja makan, karena dia segera masuk ke kamarnya. Sementara Krisna dan Awan melanjutkan minum anggur kembali.

Pikiran Krisna dipenuhi oleh bayangan dirinya sedang menyentuh kaki putih bersihnya Bu Ade. Krisna tidak bisa berhenti untuk tidak memikirkannya.

Bu Ade tadi sama sekali tidak menanggapi apa yang dilakukan oleh Krisna. Sikapnya yang berdiri dan pergi menandakan sebuah penolakan.

Awan kemudian mabuk berat. Krisna juga segera pulang ke rumahnya, kemudian mandi dan berbaring di tempat tidurnya, sambil memikirkan tindakannya tadi yang terlalu berani.

Krisna masih terus berpikir, apakah ia harus kirim chat wa kepada Bu Ade untuk meminta maaf. Tapi, kemudian Krisna menyadari sepertinya ponselnya justru tertinggal di apartemen mereka.

Kemudian, Krisna segera bangun dan kembali lagi ke apartemen mereka. Ketika ingin mengetuk pintu apartemennya, justru pintu itu terbuka. Mungkin pintu itu tadi tidak ditutup ketika Krisna pergi dan Bu Ade tidak menyadarinya.

Krisna mendorong pintu apartemen dan berjalan masuk. Lampu di ruang tamu sudah dimatikan, tetapi lampu di kamar mandi masih menyala dan ada gerakan aneh dari dalam yang membuat Krisna menjadi terkejut.

Krisna sebenarnya ingin memanggil Bu Ade, tetapi akhirnya Krisna tidak bisa memanggilnya ketika mendengar suara itu. Tanpa sadar Krisna telah mendekat ke kamar mandi.

Krisna mendengar suara mengerang yang begitu jelas di antara suara air.

Krisna terkejut! Bu Ade melampiaskan hasratnya sendiri di kamar mandi.