HotBuku

Erotomania
0
Pratinjau Konten Yang Menyenangkan

Sinar Matahari terasa hangat, menyemburat keemasan di Arana. Kota kecil tempat aku hidup dan tumbuh menjadi pria sederhana dan pemalu. Tak ada yang istimewa dengan Arana, seperti kebanyakan kota-kota lainnya, Arana adalah lingkungan yang hangat dan nyaman bagi setiap orang yang tinggal disana.

Untukku ... Arana adalah ibu yang membesarkanku. Ibu yang selalu memeluk dengan kehangatannya setiap malam … Arana telah berhasil menggantikan Mama, yang pergi begitu saja disaat aku masih begitu membutuhkan cinta nya.

Sejak tinggal di Panti Asuhan, aku sama sekali tak pernah mempunyai teman, satu satunya teman, sahabat terbaik dan mainanku adalah Buku-buku yang selalu aku pinjam dari perpustakaan dekat panti. Aku benar-benar menggilai semua buku yang kubaca, aku bisa membaca belasan bab buku tiap harinya.

Hobby membaca membawaku bertemu dengan seorang tua mantan tentara perang yang akhirnya mengangkat ku sebagai anak. Dia bernama Tn Edy Moon, Tn Moon memberiku tanggung jawab untuk mengelola toko bukunya hingga sekarang.

Hari itu, lonceng kecil yang kupasang di pintu toko berbunyi. Moon store kedatangan seorang pembeli yang berhasil mencuri perhatian ku. Ya.. dia adalah seorang wanita cantik berkulit putih dengan rambut terikat tak teratur, tampak bingung mencari judul buku yang dia inginkan di antara lorong rak buku.

Perlahan mataku mengikuti ke arah manapun yang dia tuju di toko ini sambil tak henti-hentinya hatiku berdetak keras mendorongku ingin lebih mengenalnya.

Hallo, gadis ... namamu siapa? dari gayanya tampak kau seorang mahasiswi, hmm … kau tak memakai baju ketat, pasti tak kesini untuk cari cari perhatian … tapi dengar itu, gemerincing gelang yang kau pakai menyiratkan bahwa sebenarnya kau ingin sedikit perhatian. Baiklah … aku tertarik padamu.

Lorong empat sekarang kau jelajahi, hmmm mencari buku … Fiksi? oh tidak, kau melewatkan F. dari F ke K … hmm, kamu bukanlah seorang wanita yang kesepian. Buku 'Hunting for Faulkner' kau pasti bosan. Terlalu menarik untuk Stephen King. Pengarang mana yang akan kamu pilih?

"Maaf …" katamu, tercetus lembut saat tak sengaja kau bertabrakan dengan orang. Kau terdengar ramah, tapi terkesan malu untuk menjadi gadis baik-baik. Dan akhirnya terucaplah satu kata dari dirimu untukku ... "Hello. Kamu kerja disini?"

"Haha, tau aja." Mati-matian aku sembunyikan rasa gugupku berbincang denganmu. "Ada yang bisa saya bantu?"

"Paula Fox?" Bibir tipismu menyebutkan nama seorang pengarang buku.

"Pilihan yang bagus." Aku memuji selera bacaanmu.

"Hmm, Aku dinilai aneh ya.." Kujawab pertanyaanmu dengan senyuman paling cool yang aku punya sambil berjalan menuju rak dimana kau bisa dapatkan buku yang ingin kau beli.

"Mari. Semua karya Paula Fox ada disini." Kutunjukan rak buku dengan label Penulis terkenal.

"Aku kira dia orang biasa saja." Matamu mulai mencari cari judul diantara deretan buku karya Paula Fox.

"Dia adalah neneknya Courtney Love's (Mantan Istri Kurt Cobain / Nirvana). Banyak orang tidak tahu hal itu."

"Baguslah, karena aku juga baru tahu."

"Bapak Moon ingin agar semua penulis terkenal ada di bagian ini. Dia pikir itu akan menambah daya jual. Sedih sekali... jaman sekarang orang membeli buku itu berdasarkan apa yang sedang populer, bukan karena mereka ingin merasa tersentuh atau dipengaruhi oleh penulis." Aku mencoba memikatnya dengan pengetahuanku tentang buku.

"Yeah. memang seperti itu jaman sekarang." Tampaknya kau setuju dengan pendapatku dan itu sangat menyenangkan.

"Yeah, contohnya orang ini, yang berkacamata, dibelakangmu?" Kau langsung melirik ke belakang mencari orang yang kumaksudkan. "Begitu masuk toko dia langsung mengambil karya Dan Brown yang terbaru, dari situ dia akan berkeliling sekitar 5 sampai 10 menit untuk menemukan buku lain yang legit untuk sebuah alibi."

"Oh, seperti orang yang membeli makanan ke minimarket tapi tujuan utamanya adalah membeli kondom? Justru makin dicurigai kan." Kau tertawa manis memamerkan deretan gigi putih mu, membuatku semakin kagum.

"Jika kau memang suka Dan Brown, percaya diri saja, katakan pada dunia."

"Yah pada akhirnya, Semua orang memang mengecewakan dan munafik, ya kan? Tapi terkadang mereka bisa membuatmu terkejut juga."

"Paula Fox, rak paling atas. Mau aku bantu ambilkan…?" Tanyaku.

"Oh, tidak usah, aku bisa kok…" kau membusungkan badan untuk meraih buku di rak teratas.

Tapi tunggu, Oh, apakah kau tidak memakai bra? aku lihat bayangan jelas tepat di depanku, apa sengaja kau ingin aku melihatnya ... Jika ini adalah sebuah film, Akan langsung kupeluk dan kita bercinta di rak buku.

"Apakah kamu sudah membaca karya fiksi Paula Fox? "Desperate Characters" judulnya…itu adalah karya terbaiknya." Aku berusaha mengalihkan pikiran kotorku tadi.

"Belum, tapi aku dengar banyak tentang itu." Jawabmu sambil menggelengkan kepala.

"Kamu serius belum baca "Desperate Characters"?

"Ya ya maaf. Aku khawatir itu tidak akan 'hype' lama…" kau memberikan sebuah alasan logis untuk buku ini yang memang jarang dicari orang.

"Bisa kujamin itu sangat bagus dan hype untuk waktu yang lama." Kucoba meyakinkanmu.

"Hmm, sebuah dukungan dan pernyataan yang tinggi, padahal titlemu hanya seorang penjaga toko buku, tidak lebih." Meskipun terdengar sarkas, tapi aku masih saja menikmati obrolan nya.

"Ya, aku itu manajer disini.."

"Hello? Yang jual buku dimana ya?" Pria yang tadi kita bicarakan menghampiri, mungkin dia ingin melakukan pembayaran, setengah berbisik aku bilang padamu. "Tuh fans munafik yang tadi."

"Oh. Whoa…" kau ikut tertawa mendengar Joke ku.

"Bisa dipercepat ga? Aku sedang buru-buru." Teriak pria menyebalkan itu.

Aku berjalan menuju kasir, kau mengikutiku dari belakang. Setelah kuselesaikan pembayarannya, giliranmu menghampiri kasir meletakan dua buku tepat di hadapanku.

"Okay, akan kubaca "Desperate Characters"

"Bagus, kau tidak akan menyesal," sahutku.

"Bener ya…."

Kau punya uang cash untuk membeli buku-buku ini. Tapi sepertinya kau ingin aku tahu namamu.

"Challandra?" kubaca nama di kartu kreditmu.

"Yeah, orang tuaku agak aneh dalam soal memberi nama. Tapi teman-teman memanggil aku Chall, seperti panggilan telepon." Lagi lagi kau tertawa renyah.

"Kamu Zach ya?" Aku yakin kau membacanya di tag name karyawan yang menggantung di dada kananku.

"Zacharie. Teman-teman memanggil aku Z." Dengan senang hati ku perkenalkan diri sambil ku kembalikan kartu milikmu.

"Kamu tidak akan bilang "Semoga harimu menyenangkan" padaku?" Ternyata pandai juga kau menggoda.

"Semoga harimu menyenangkan, Chall," ucapku.

"Kamu juga, Zach."

Kau tersenyum, kau tertawa oleh leluconku, kau memberi tahu namamu, menanyakan namaku.

"Apakah dia meninggalkan nomer handphonenya disitu?" Suara Nathan yang tiba-tiba muncul di belakangku membuat jantungku hampir copot. "Aku bisa bilang wanita itu sangat menyukaimu."

"Tidak, dia hanya bersikap ramah." Berusaha jaim di depan Nathan.

"Kalau aku jadi kamu, aku akan mencari infonya di internet sekarang juga. Kau kan tahu nama lengkapnya." Lanjut Nathan.

"Itu tindakan agresif sekali, Nathan."

Kuhampiri jendela toko agar aku bisa melihatmu berjalan pulang. Seketika ada harapan besar yang aku rasakan padamu saat menatapmu berjalan menjauh, bahwa aku harus memilikimu, apapun caranya ... harus!

Aku tinggal di sebuah apartemen kecil tak jauh dari Moon store, tetanggaku bernama Amara, seorang janda beranak satu yang bekerja sebagai perawat, dia selalu sibuk setiap hari. Franco atau biasa dipanggil Paco adalah anak yang baik dan pendiam, setiap kali ibunya bekerja, atau ketika Ronie, pacar ibunya yang pemabuk dan pemarah datang, Paco hanya duduk dekat tangga membaca buku-buku nya.

Paco mengingatkanku pada masa kecilku dulu, sendiri dengan buku-buku, tanpa teman, tanpa cinta ataupun belahan jiwa.

Betul manusia akan menemukan belahan jiwanya. Aku percaya itu. Aku selalu berusaha terbuka. Dulu aku pernah jatuh cinta. Dia membuatku patah hati, Chall. Sungguh, aku ternyata hanya dimanfaatkan olehnya. Seharusnya aku menyadarinya itu dari awal. Tapi kita selalu buta pada saat kita jatuh cinta.

CONTOH A: Amara dan Ronie. Kau pikir Amara sadar kalau Ronie seorang bajingan pada saat Amara sedang jatuh cinta? Tidak, Amara akan menganggap Ronie sebagai seorang pangeran.

"Hey, Paco…" aku menyapa sahabatku yang sedang duduk membaca buku di tangga dekat pintu kamarku dan kamarnya

"Apa Kabar, Z?" Paco menoleh ke arahku lantas kembali membaca bukunya.

Sekarang Ron tidak hanya menghancurkan hidup Amara, tapi juga anaknya. Seharusnya Paco bisa bermanja-manja dengan ibunya. Akan tetapi di usianya yang masih kecil, dia harus dipaksa berfikir dewasa.

"Tinggalkan aku sendiri! Aku tidak mau bicara denganmu lagi!" Terdengar teriakan Amara dari dalam apartemen. Pasti dia sedang bertengkar lagi dengan Ron.

"Semuanya baik-baik saja di dalam?" tanyaku sambil ikut duduk di sebelah Paco.

"Yeah, Mama and Ron hanya berdiskusi…" jawaban Paco sedikit menyayat dadaku. Dia masih bisa menutupi keadaan di rumahnya yang kacau.

"Tidak, Ron, ini bukanlah rumahmu…praaaang!!" Rupanya perang di dalam semakin memanas, aku hanya ingin sedikit menghibur Paco aku tahu anak itu sebenarnya sangat sedih.

"Wow, kau sangat antusias pada buku itu ya?" Mungkin pertanyaan dariku bisa mengalihkan perhatian Paco dari pertengkaran ibunya di dalam.

"Ya, aku membacanya non stop." Lagi-lagi tak banyak jawaban yang keluar dari mulut Paco.

"Bagus. Kabari aku bila kau sudah beres. Aku akan memberimu buku yang lain. Apa kau lapar?" tanyaku. "Aku punya makanan lebih disini, bakso dan aku ingat aku masih punya makanan Thailand sisa semalam. Nih buat kamu saja baksonya."

"Tidak usah, ibuku nanti akan memasak untukku." Aku tahu Paco lapar, dia hanya berusaha tidak merepotkan orang.

"Sayang bakso ini akan kadaluarsa. Masa dibuang," kataku sambil melirik Paco.

"Kamu yakin Z?" akhirnya Paco menerima makanan pemberianku. Dan aku bisa lega meninggalkannya sendirian, karena aku punya urusan yang sangat penting malam ini.

Kunyalakan pemutar MP3 ku, terdengar lantunan The Velvet Underground yang menyanyikan lagu Venus in Furs dari speaker murah yang kuletakan di samping laptop yang segera kubuka demi mengenalmu lebih baik.

Baiklah Chall, cinta itu penuh trik. Seorang laki-laki harus bisa melindungi diri sendiri. Aku harus yakin bahwa kau aman dan aku tidak lagi dimanfaatkan. Nama lengkapmu adalah langkah pertama, tidak banyak nama Challandra secara daring. Ini dia ...

Aku menemukanmu. Setiap akun sosmed di setting publik. Kau ingin dilihat ... didengar, diketahui. Tentu saja, Aku ngikut saja. Lahir dan dibesarkan, di Naktua Island. Saudara laki-laki, Clyo, dan saudara perempuan, Anya. Orang tuamu memang aneh dalam memberi nama.

Mereka bercerai pada saat umurmu 12. Ayahmu menghilang dari foto. SMA di Brown, jurusan sastra, cool. dan eskul ..., mmm.

Kuliah di UYC jurusan MFA dan lulus sangat berkesan.

Sampai sekarang kau masih menulis, meski jarang. Dari foto fotomu tampaknya kau terlalu sibuk bersenang-senang dengan hal yang tak akan kau ingat lima tahun ke depan.

Aku tahu, karena kau posting semua hidupmu disini sepanjang waktu. Kasarnya itu bukan hal yang paling menarik tentang kamu Chall.

Eh lihat, kau posting ini 1 jam setelah pertemuan kita, buku yang kau beli menuruti rekomendasi ku. Aku bertanya-tanya. Kau tidak menyinggung tentang aku di toko buku. Disini aku sadar, bahwa semua postingan online kamu adalah palsu. Itu semua adalah sebuah kolase jika kita gabungkan Chall ini… dan ini, yang penuh cinta, cute, maka jadilah seorang Chall yang sempurna, tapi, dengan tidaknya kau posting tentang pertemuan kita, itu artinya memang ada sesuatu di antara kita.

Hal selanjutnya yang internet berikan padaku adalah alamat rumahmu. Lengkap dengan street view dengan akurasi yang tepat.

Dan disinilah aku sekarang, depan sebuah rumah dengan jendela terbuka yang sangat besar. Aku bahkan bisa dengan jelas melihatmu dari sini. Bagus... malah terlalu bagus untuk seorang mahasiswi sepertimu.

Astaga, apa kau tidak pernah nonton film thriller? itu sangat berbahaya. Tapi kau memang ingin diliat kan? Sebenarnya aku ingin bertanya padamu tapi lain kali saja pada saat kita dekat. Sebuah permintaan: Maukah kau kencan bersamaku? hanya kita berdua? Untuk semua orang yang mengejar impian, jangan menyerah.

Sementara itu, kau terlihat menikmati semangkuk. Mac N Cheese yang baru saja kau ambil dari microwave setelah sebelumnya kau posting foto Mac N Cheese di sosmed. Itu lucu. tidak bermakna apa-apa sebenarnya, tapi lucu saja. Apalagi yg belum aku tahu tentangmu Chall? Mari kita liat!

Hari pertama dimulai ... kegiatanmu diawali sangat pagi. Aku tahu dari jadwal online mu. Bangun jam 6:30 dan bersiap2 utk mengajar Pilates. Menawarkan senyuman dan dukungan pada murid-muridmu. Kau memang ramah, semua orang menyukaimu.

Jam 10:00 kau pergi ke kampus. Karena terlalu sibuk kau tidak menyadari kalau dari tadi aku ada di dekatmu, bersembunyi diantara tanaman taman halaman kampus. Aku harus berusaha sedekat mungkin denganmu. Semakin dekat maka semakin baik.

"Selamat pagi Professor Levin," kau menyapa pria setengah baya yang bisa kupastikan dia adalah seorang dosen.

"Sudah kubilang panggil saja aku Andi, bagaimana? sudah siap untuk kelas." Tangan Andi merangkul pinggangmu.

Terlihat jelas Professor ingin bercinta denganmu. Tapi kau pintar. Kau php in dia. Tidak ada salahnya kan berharap? Seusai kelas, kau menuju ke cafe favoritmu

untuk menulis. Tapi baru saja kau hendak pergi. Teman-teman kaya mu bangun dan menghubungimu. Hari ini mereka tidak punya acara selain menghabiskan malam dengan posting di Instagram. Serius? Apa kau tidak bisa memilih teman yang baik Chall?

Aku masih menguntit mu. Sebuah kursi untuk dua orang yang jaraknya hanya 2 m dari mejamu sangat ideal sekali. Aku bisa dengan jelas mendengarkan apa saja yang kau bicarakan dengan teman-teman mu, dan kau masih belum menyadari bahwa kita saling duduk memunggungi satu dan lainnya.

“Bersulang!” Teman-teman wanita mu yang mulai mabuk memekik sangat keras.

“Oh, selamat ulang tahun!” teriak salah satu teman yang kau panggil Lean. Wow, pola hidup yang royal. Lantas dia ambil sebuah bungkusan kado dan segera memberikannya pada Alica, temanmu yang berulang tahun.

“Siap?” ucap Lean sambil menyerahkan kotak berwarna merah maroon.

Alica segera membukanya lalu seketika matanya terbelalak karena bahagia dengan hadiah pemberian Lean. “Terima Kasih,” ucap Alica

“Apa kau suka?” Lean berbasa-basi, karena sebenarnya dia pasti tahu tas mahal itu sangat disukai Alica.

“Tidak, aku benci,” cetus Alica. “Tentu saja aku menyukainya!” Alica meralat sendiri ucapannya.

“Pacarnya sendiri tidak memberi sebesar itu. Tapi Alica akhirnya bercinta dengannya,” Lean tertawa. “Selanjutnya hadiah dariku dan beri tahu aku seberapa besar sayangmu padaku.” Sebuah kotak kecil kau berikan pada Alica, dia langsung tersenyum lebar. Sebuah syal berbahan terlihat mahal bergambar kupu-kupu adalah hadiahmu untuk Alica.

“Kupu-kupu? Itu keberuntunganku tahun ini. Kamu mengingatnya?” pekik Alica terdengar heboh.

“Kan kamu sendiri yang ribut memberi tahu semua orang,” nada suara Peach terdengar sedikit menyindir Alica.

Aaah Chall kamu berusaha keras untuk diterima mereka. Mereka tidak ada acara setelah ini, jadi pastinya mereka akan pesta sampai jam 5 pagi dan memulai hari lagi esoknya.. Tapi kau tak bisa. Karena kau harus bekerja. Akhirnya meja di belakangku hanya diduduki kamu dan Peach. Alica dan Lean sedang asyik menari diatas stage. Sepertinya Peach terdengar kurang setuju atas hadiah yang kau berikan pada Alica.

“McQueen, Chall? yang benar saja?” ucap Peach “Berapa harganya?”

Kau menjawab dengan sedikit enggan. “Kebetulan sedang ada diskon.”

“Belum pernah ada syal McQueen diskon sejak tahun 2010. Aku kira hadiahmu itu terlalu berlebihan, jelas sekali.” Hmm, ada juga temanmu yang pintar. Peach melanjutkan lagi unek-uneknya. “Kamu selalu begini. Kamu selalu memberi sesuatu yang mahal padahal kamu tidak mampu membelinya Maaf ya, kamu itu terlalu baik,” ucap Peach.

“Gpp kok. Aku punya kartu voucher.” Kamu masih memberikan segala pembenaran untuk sahabatmu.

“Kamu bangkrut ya?” cetus Peach. “Jujurlah padaku?” Dia peduli padamu Chall.

Kau masih terlihat tidak nyaman bicara dengan Peach. “Aku senang kau peduli, tapi…”

Peach langsung menyela, “Bagaimana jika aku meminjamkan sedikit uang padamu, ok?”

“Sudah kubilang aku tak apa-apa,” tolakmu. Tapi terdengar suara Peach merendahkan.

“Aku akan selalu membantumu. Jangan pernah lupa.” Sekali lagi Peach mencoba meyakinkanmu sambil beranjak hendak pergi. “Kamu yakin tidak akan ikut bersama kita?” tanya Peach.

“Aku harus menulis…” rupanya kau sudah punya alasan yang kuat untuk dia.

“Luar biasa. Sampai jumpa nanti.” Peach pamit untuk pergi bersama Alica dan Lean.

Seperti itukah teman terbaikmu Chall? Jika benar, berarti kau sangat kesepian. Kehidupan sosmed mu semuanya palsu. Yang menggambarkan bahwa kau seorang yang bahagia dan beruntung. Tapi dibalik itu semua, kamu sepertinya seseorang yang baik menjadi panutan. Terlihat sibuk dan baik di luar, tapi sesampainya di rumah, kamu kembali menulis, di laptopmu.